>
Showing posts with label Tempat-tempat Wisata di Kabupaten Karangasem. Show all posts
Showing posts with label Tempat-tempat Wisata di Kabupaten Karangasem. Show all posts

Pantai Amed Bali

pantai amed bali
Pulau Bali memang kaya akan destinasi wisata dari ujung barat hingga ujung timur. Salah satunya adalah Pantai Amed yang terletak di ujung timur dari pulau Bali. Untuk bisa sampai ke tempat ini dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam dengan berkendara dari kota Denpasar. Berbeda dengan Pantai Kuta dan Pantai Sanur yang menawarkan keindahan pasir putihnya, Pantai Amed ini merupakan pantai dengan pasir hitam. Namun tidak kalah indah dengan pantai-pantai lain di Bali, Amed menawarkan keindahan panorama pegunungan berpadu dengan birunya air laut. Pantai Amed terkenal memiliki lekuk pantai yang eksotis untuk dipandang, dengan deretatan perahu tradisional nelayan setempat dengan ragam warna yang indah menjadikan pemandangan pantai sangat indah jika dilihat dari atas perbukitan.
Pantai Amed juga terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Memiliki terumbu karang yang masih terjaga, dengan peninggalan bangkai kapal Belanda yang karam disana, menjadikan dunia bawah laut Pantai Amed sebagai surga bagi ikan-ikan hias. Pantai ini adalah surga bagi para penyelam dan sudah terkenal ke seluruh dunia karena memiliki tekstur pantai yang berkoral, air laut yang bening dan tenang serta memiliki keindahan bawah laut yang tak terlukiskan. Wisata Pantai Amed juga menawarkan akomodasi perhotelan dan restouran yang banyak dijumpai sepanjang jalan menuju ke pantai.

Desa Tenganan Bali

desa tenganan bali

Tenganan merupakan salah satu desa tradisional yang terletak di Kabupaten Karangasem. Objek wisata Desa Tenganan ini bisa dicapai dengan berkendara kurang lebih 10 menit dari objek wisata Candidasa. Desa Tenganan merupakan salah satu desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang meraka yang disebut dengan Desa Bali Aga.
Menurut catatan sejarah, masyarakat Tenganan sebenarnya berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulunya disebut dengan Desa Bedahulu. Menurut cerita rakyat, pada jaman dahulu Raja yang berkuasa di Bedahulu kehilangan seekor kuda putih kesayangannya, sehingga diperintahkanlah untuk menemukan kuda tersebut. Suatu ketika kuda tersebut akhirnya ditemukan, namun sayang kuda tersebut ditemukan dalam keadaan sudah mati. Raja bersedih, namun beliau tetap menghargai hasil kerja keras penemu tersebut yang bernama Ki Patih Tunjung Biru. Sebagai hadiah, beliau diberikan tanah seluas sejauh bau bangkai kuda tersebut masih tercium. Oleh Ki Patih Tunjung Biru, bangkai kuda tersebut dipotong-potong dan disebar di beberapa bagian bukit dan pantai disekitar Tenganan, sehingga bau bangkai tersebut tercium dalam cakupan wilayah yang luas meliputi wilayah pantai Candidasa, sampai ke Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).
Bentuk dan pengaturan tata letak bangunan masih mengikuti aturan adat turun temurun yang masih dipertahankan hingga sekarang. Selain bentuk bangunan yang masih orisinil tradisional, Tenganan juga terkenal dengan wisata upacara adat yang dikenal dengan nama Perang Pandan. Upacara ini dapat disaksikan biasanya di bulan Juni dan berlangsung selama 30 hari.

Pura Besakih

Pura Besakih
Pura Besakih adalah sebuah kompleks pura terbesar di Bali, dan banyak yang menyebut Mother of Temple. Kompleks pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Pedarman). Pura Besakih ini berdiri di lereng Gunung Agung (gunung tertinggi di Bali), tepatnya di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Berdasarkan sejarahnya Pura Besakih didirikan oleh Dang Hyang Rsi Markandya dan merupakan cikal bakal Agama Hindu Dharma di Bali. Pura Penataran Agung adalah pura terbesar dan didalamnya terdapat 3 candi (pelinggih) sebagai symbol stana dari Tuhan dalam manifestasinya sebagai Tri Murti yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa yang masing-masing diberi symbol berupa kain berwarna Merah, Putih dan Hitam yang dalam manifestasinya merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur. Keberadaan Pura Besakih ini oleh UNESCO dimasukkan kedalam situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.

Tirta Gangga

tirta gangga bali

Tirta Gangga berarti air suci dari sungai Gangga yang merupakan sungai yang disucikan oleh umat Hindu.  Tirta Gangga adalah sebuah istana taman air kerajaan yang dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem yang bernama Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem.
Yang menarik dari istana taman air ini adalah kolam yang dilengkapi dengan labirin dan air mancur serta dikelilingi oleh taman yang rimbun dan patung-patung. Pada tahun 1963 tempat ini luluh lantak oleh dahsyatnya letusan Gunung Agung, namun dengan penuh kecintaan akhirnya taman ini berhasil di bangun kembali dengan tetap mempertahankan struktur istana taman air sebelumnya. Inti dari taman air ini adalah adanya sebelas air mancur berjenjang yang dikelilingi oleh patung-patung dan berbagai ornamen ukiran yang sangat menarik.
Daerah disekitar taman wisata ini masih tetap mempertahankan kealamiannya dengan hamparan sawah yang sangat indah untuk dinikmati. Dan sekarang banyak juga dibangun home stay, hotel dan restoran namun dengan tetap mempertahankan keaslian alam disekitarnya.

Referensi gambar : http://footage.shutterstock.com

Candidasa Bali

pantai candidasa bali
Candidasa adalah sebuah kota pantai dipesisir timur pulau Bali. Daerah ini mulai dikembangkan menjadi destinasi wisata mulai tahun 1970-an dan 1980-an dimana banyak investor yang mulai menanamkan modalnya disana. Banyak bungalow maupun resort dan restaurant serta klub malam yang di bangun disana.
Menurut sejarah yang diambil dari beberapa sumber mengatakan bahwa daerah itu sebelumnya merupakan desa nelayan yang bernama “teluk kehen” atau "cilidasa" yang mempunyai makna "sepuluh anak" sehingga banyak orang-orang Bali yang datang berziarah kesana untuk bisa memiliki anak. Di tempat ini terdapat sebuah lagoon (kolam besar) air tawar dan sebuah pura di dekat lagoon dengan patung dewi kesuburan dikelilingi oleh sekelompok anak-anak.
Beberapa batu karang yang ada di tengah laut menjadikan tempat yang indah untuk dikunjungi di pagi hari sambil menikmati suasana sunrise. Saat ini pantai di daerah ini sudah ditata apik dengan menempatkan batu-batu pemecah gelombang untuk melindungi pantai dari abrasi air laut. Untuk bisa sampai ke tempat ini dapat ditempuh sekitar 90 menit dari kota Denpasar dengan berkendara. Dekat tempat ini juga terdapat sebuah destinasi wisata berupa desa tua asli Bali yang bernama Tenganan.

Referensi gambar : http://valbali.blogspot.com

Taman Ujung Karangasem

taman ujung atau taman soekasada
Taman Ujung atau Taman Seokasada Karangasem terletak di Desa Tumbu Kecamatan Karangasem, Kabupeten Karangasem, sekitar 85 Km dari Kota Denpasar. Taman Ujung yang merupakan istana peninggalan kerajaan Karangasem ini memadukan arsitektur tradisional Bali dan Eropa. Kompleks Taman Ujung ini memiliki 3 kolam besar yang dihubungkan oleh jembatan.
Menurut sejarahnya, istana taman ini dibangun pada tahun 1919 oleh raja Karangasem terakhir yang bernama I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem, yang memerintah dari tahun 1909 – 1945. Taman ini pernah mengalami kerusakan pada tahun 1963 akibat letusan Gunung Agung dan gempa bumi yang terjadi di tahun 1979.
Pada akhir tahun 1994 pemerintah melalui dinas kebudayaannya mulai melakukan inventaris mengenai kerusakan Taman Ujung ini dan dilanjutkan dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Pada tahun 1999, Bank Dunia memberikan bantuan dengan melakukan studi konservasi yang dilakukan oleh Culture Heritage Conservation. Akhirnya pada tahun 2002, Bank Dunia memberikan bantuan dana untuk merekonstruksi Taman Ujung yang segera dipergunakan untuk memperbaiki pagar, gerbang, dan kolam. Pada tahun 2003, perbaikan dilanjutkan pada Bale Warak, Bale Gili, Bale Kambang, Bale Lanjuk, Bale Kapal, dan bangunan-bangunan lainnya. Proyek konservasi ini selesai seleruhnya pada bulan Mei 2004 dengan perkiraan biaya yang dihabiskan sekitar 10 milyar rupiah. Dan diresmikan pada tanggal 7 Juli 2004 oleh Gubernur Bali pada saat itu sebagai objek wisata melalui upacara adat Bali “melaspas”.